Sabtu, 20 Januari 2018

Resolusi 2018


Berbicara mengenai resolusi tahun 2018 sebenarnya berkaitan erat kaitannya dengan penyesalanku akan tahun-tahun sebelumnya (-_-). Tapi, dari pengalaman sebelumnya yang aku sesalkan justru aku mulai belajar dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum terealisasikan. Sebenarnya banyak hal-hal yang ingin aku capai selama hidupku ini dan banyak hal-hal yang ingin aku eksplore agar hidupku ini lebih bermakna. He he. 

Untuk tahun 2018 ini aku berusaha untuk membagi targetku menjadi target per tahun, target per bulan, dan target per hari. Dengan membagi setiap target menjadi lingkup yang lebih kecil sebenarnya akan mempermudah diri kita untuk fokus terhadap target-target yang sudah kita tetapkan. Jujur sebenarnya aku baru memulai membuat target-target yang serius ini di tahun 2018. Tahun-tahun sebelumnya sebenarnya aku pernah melakukan hal ini, tapi akhirnya berhenti di tengah jalan karena berbagai hal mulai dari rasa malas, capek, dan lain-lain. Tapi karena kesadaranku, akhirnya aku berfikir kalau ini adalah hal yang amat sangat perlu untuk dilakukan agar hari-hariku nanti tidak menjadi sebuah penyesalan yang muncul di akhir. Dan semoga ini dapat berjalan konsisten. Aamiin.

Beberapa target yang ingin aku capai tahun 2018 yaitu :

1.        Lebih pintar dalam membagi waktu

Belajar dari pengalaman waktu SMA yang gelagapan gara-gara baru pertama kali ikut kepanitiaan even sekolah yang lumayan gede. Pada akhirnya membuat akademikku sedikit terbengkalai (rangkingku turun -_-). Tapi, dari pengalaman itu justru membuat diriku untuk belajar dari kesalahan sebelumnya.

Untuk tahun ini aku mencoba membagi diriku menjadi beberapa bagian (pada bagian ini terinspirasi dari seorang blogger dan youtuber yaitu Gita Savitri Devi). 

 Pertama, aku menempatkan diriku ini sebagai mahasiswa yang fokus dalam hal akademik. Sebagai mahasiswa tentunya orientasi utama kita adalah kuliah. Walaupun tidak menampik kalau organisasi itu penting, namun kewajiban kita sebagai anak dari kedua orangtua yang tujuan utamanya adalah menuntut ilmu, maka harus bisa melaksanakannya dengan baik. Dalam hal ini, aku berusaha untuk menyusun strategi belajar apa saja yang harus diriku lakukan ditengah kesibukan dalam hal berorganisasi agar hasil akademik nanti tidak mengecewakan orang tua.

Kedua, aku menempatkan diriku ini sebagai mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Aku berpandangan bahwa ikut serta dalam organisasi itu amat sangat perlu untuk dilakukan. Dengan organisasi itu kita belajar banyak hal dan mendapatkan berbagai manfaat yang tidak bisa kita dapatkan hanya dengan duduk di kelas.

Ketiga, aku menempatkan diri sebagai mahasiswa yang berusaha untuk mengasah potensi diri. Mengasah potensi diri dalam hal ini adalah menyisihkan waktu untuk melakukan kegiatan secara konsisten sesuai dengan hobi dan bermanfaat untuk diri kita, terlebih kepada orang lain. Apabila potensi tersebut terasah maka setiap orang akan memiliki ciri khas dan kualitas diri yang tentunya membedakan diri kita dengan orang lain. Selain itu, menurutku hal ini perlu untuk dilakukan karena sebagai mahasiswa tentunya kita akan merasa jenuh dengan aktivitas akademik ataupun organisasi yang terkadang membuat diri kita merasa lelah dan bahkan bosan. Dengan menyisihkan waktu untuk melakukan kegiatan sesuai dengan hobi kita tentunya akan membuat diri kita menjadi lebih bersemangat dalam melakukan setiap kegiatan. Dalam hal ini, aku berusaha untuk memfokuskan diri untuk mengembangkan potensi dalam hal menulis.

2.        Lebih produktif dalam segala hal

          Target yang kedua ini sebenarnya berkaitan sama target yang di atas. Untuk target ini aku berusaha untuk meminimalisir waktuku buat leyeh-leyeh yang berlebihan (lol), mengurangi waktu untuk nonton drakor bahkan kalau bisa stop nonton drakor (sebenarnya hiburan itu juga perlu, tapi untuk tahun ini aku berusaha mengalihkan dari drakor ke film barat karena aku ada misi khusus, he he), dan hal-hal lainnya yang sangat tidak bermanfaat. Pada intinya aku berusaha untuk menggunakan waktuku sebaik mungkin dengan hal-hal yang bermanfaat biar enggak nyesel. Ha ha ha (ketawa evil buat diri sendiri).

3.        Memperluas networking dan meningkatkan kualitas public speaking

           Sebenarnya kedua target ini bisa aku dapetin ketika aku aktif dalam berorganisasi. Sedikit cerita, dulu aku itu orangnya amat sangat pemalu dan tidak percaya diri buat berbicara di depan umum. Sampai sekarangpun sebenarnya masih sama, yaitu pemalu dan tidak percaya diri ketika ngomong di depan umum. Perbedaannya kalau sekarang rasa malu itu sudah agak bisa dikontrol jadinya enggak begitu pemalu (tapi malu-maluin, lol)

         Pada intinya kalau disuruh ngomong di depan umum yang ada ya deg-degan enggak karuan. Kalau ngomong masih sering belepotan, mondar-mandir enggak jelas. Pada intinya aku benci dengan diriku ini yang skill untuk ngomong di depan umum masih minim. Hal itu ternyata juga amat sangat berpengaruh ketika aku di bangku kuliah. Untuk dosen tertentu, ke-aktifan mahasiswa di kelas juga berpengaruh terhadap nilai karena mereka (yang aktif di kelas) mau untuk berargumen atau mengemukakan pendapatnya di depan kelas dengan tidak takut untuk salah.

          Nah, karena itulah aku memberanikan diri untuk ikut organisasi walaupun itu akan menyibukkan, tapi manfaatnya banyak diantaranya bisa menambah networking (ini sangat perlu saudara-saudaraku karena secara tidak sadar akan mempermudah kita dalam segala hal) dan diharapkan bisa mengasah kemampuan dalam public speaking.

4.        Belajar bahasa Inggris

         Memahami bahwa diriku ini kemampuan bahasa Inggrisnya masih minim sekali dan masih berantakan. Maka, aku berusaha melakukan beberapa hal untuk mengasah kemampuanku dalam hal bahasa Inggris. Sebenarnya tips dan trik buat belajar bahasa Inggris sudah banyak diulas di internet. Untuk menjalaninya agar bisa konsisten ya tergantung dari setiap individu. FYI aja, sebelumnya aku lihat video di youtube tentang belajar bahasa Inggris. Nah, pembicara di youtube itu bilang kalau kita baru bisa berbicara lancar dalam bahasa Inggris ketika kita memiliki minimal 3000 vocab. Mantap jiwa!!!.

         Dari situlah aku membuat target minimal menghafal 15 vocab dalam sehari dan vocab-vocab yang sudah dihafalkan aku tulis di buku khusus. Vocab yang dihafal dapat berupa vocab baru maupun vocab yang diambang lupa (dulu pernah ingat, tapi lama kelamaan lupa karena engggak pernah dipake -_-). Selain itu, aku juga berusaha untuk sering-sering melihat film maupun video dalam bahasa Inggris (kalau ini lebih fleksibel, biasanya aku lakukan di waktu luang). Dan yang terakhir, aku berusaha untuk meluangkan waktu membaca buku ataupun berita dari portal online yang berbahasa Inggris. Dengan membaca itu pula selain bisa menambah informasi juga bisa belajar vocab-vocab yang masih asing. Vocab itu kemudian diterjemahkan, dihafalkan, dan dicatat. Eaaaa. (Aku juga masih berupaya untuk belajar)

5.        Menulis secara konsisten dan aktif mengikuti lomba menulis

         Sebelumnya aku berusaha untuk mengenali diriku ini seperti apa. Potensi atau bakat apa yang bisa aku kembangkan. Nah, setelah melihat dan mempertimbangkan (lol bangett) akhirnya aku mulai sadar kalau diriku ini memiliki potensi dalam hal menulis dan menggambar. Dari kedua potensi itu aku mempertimbangkan salah satu yang harus aku jadikan fokus utama, tapi bukan berarti meninggalkan potensiku yang lain. Aku memutuskan untuk fokus dalam hal menulis. Sedangkan menggambar aku jadikan sebagai hobi yang sewaktu-waktu bisa aku ekspresikan sesuai dengan mood (selain itu, mungkin karena menggambar menurutku kurang fleksibel dibandingkan dengan menulis).   

      Dari situlah pada akhirnya aku mengupayakan diri agar bisa menulis secara konsisten. Aku membuat target minimal dalam seminggu membuat 2 (dua) postingan di blog. Aku memilih blog karena menurutku dengan blog hasil karya tulisanku bisa tersimpan dengan baik, sewaktu-waktu aku bisa membaca kembali tulisanku, dan terlebih lagi bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Selain itu, aku juga membuat target minimal mengirimkan satu karya tulis dalam satu bulan untuk dilombakan.

6.        Lebih sering membaca

Ini adalah wajib saudara-saudara. Ada istilah buku adalah jendela ilmu. Jadi, dengan membaca buku maka kita akan memperoleh banyak ilmu. Tapi, di era digital ini kita juga bisa membaca dan memperoleh informasi dari internet. Untuk itu, aku menargetkan diriku ini untuk membaca minimal satu buku dalam satu bulan.  

7.        Memperbaiki kualitas diri

          Memperbaiki kualitas diri sebenarnya punya makna yang luas. Tapi, pada target ini aku berusaha untuk fokus memperbaiki kualitas diri dalam hal agama (menurutku ini yang paling penting saudara-saudara). Sebelumnya sudah banyak dibahas tentang target-target yang lebih condong dalam hal duniawi. Maka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, aku berfikir bahwa kebutuhan akhirat juga amat sangat penting dan  tidak bisa dianggap sebelah mata. Untuk hal-hal yang bakal aku lakukan dalam target ini aku enggak bisa share karena sifatnya lebih privasi (hanya aku dan Allah SWT yang tahu J).  

Sekian perbincangan tentang resolusi 2018. Nyampe enggak sadar ternyata udah banyak juga ya aku nulis. Terima kasih bagi siapapun yang mau membaca tulisan ini sampai akhir. Semoga tulisan yang panjang kali lebar kali tinggi ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin. JJJ




Kamis, 18 Januari 2018

Jika Hijrah Itu Mudah Maka Istiqomah Itu Susah!

Kata-kata itu sebenarnya aku dapat dari whatsapp story teman kelas dengan sedikit modifikasi. He he (lol banget hi hi hi). Hijrah seolah-olah sudah jadi headline teman-teman di kelas. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak teman kelas yang membuat whatsaap story tentang hijrah. Alhamdulillah hatiku berkata dalam hati. Hal ini tentunya mempermudah langkahku untuk melangkah tahap demi tahap untuk berhijrah agar bisa menjadi pribadi yang lebih sempurna, bukan sempurna juga loh ya soalnya kesempurnaan itu milik Rizki Febian (sambil nyanyi kesempurnaan cinta dalam hati), eh eh maksudnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
....

Setelah diresapi benar juga kata-kata itu, jika hijrah itu mudah maka istiqomah itu susah. Dengan kata lain, jika hijrah itu susah maka istiqomah itu lebih susah. Meskipun sebenarnya tingkat kemudahan dan kesukaran itu tidak bisa diukur dengan angka. Hanya diri kita yang mampu menilai apakah itu mudah atau susah. Kalau menurutku hal ini sebenarnya mirip dengan kejadian orang yang bertaubat tapi setelah itu malah diulangi lagi. Namanya juga manusia pasti sering merasa khilaf (termasuk yang nulis ini nih -_- hueee`).

Aku merasa beruntung banget berada di lingkungan kuliah ini karena beberapa temanku sudah lebih dahulu memantapkan diri untuk berhijrah dan alhamdulillah tetap istiqomah sampai sekarang serta beberapa temanku yang mulai berniat untuk berhijrah. Hal ini juga yang memicu diriku ini untuk mulai berubah ke jalan yang lebih baik. Sebenarnya amat sangat susah ketika hal itu dipraktekkan dalam kehidupanku. Iman yang masih sering naik turun menjadi salah satu pemicunya. Tapi, jujur aku merasa salut banget sama mereka (speechless pokoknya) yang sudah memantapkan diri untuk berhijrah dan selalu istiqomah.

Sedikit cerita, suatu hari aku sedikit banyak bertukar pikiran dengan salah satu temanku yang sudah berhijrah. Dia bercerita tentang masalah-masalah yang pernah menghinggapi keluarganya. Berbagai cobaan Allah berikan kepada dia dan keluarganya. Saat mendengar ceritanya, air mata ini pun mulai menetes. Susah untukku menahan air mata ini. Aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi dalam kehidupanku.

“Apakah aku kuat untuk menghadapinya?”

“Apakah aku kuat jika orang yang aku cintai berada dalam keadaan kritis dan berada
dalam ambang kematian?”

Sepertinya amat sangat susah bagiku untuk tetap tegar menghadapi masalah itu. Bahkan untuk membayangkannya saja aku tak kuasa. Hanya kuasa Allah yang mampu mengabulkan doa seorang hamba yang berharap agar orang yang dia cintai tetap berada di dunia ini, tetap berkumpul dengan keluarganya karena perannya yang masih sangat dibutuhkan. Dia juga bercerita kalau dia merasa bersyukur ketika doanya bisa didengar oleh Allah. Merasa bersyukur ketika orang yang dia cintai tetap ada disampingnya. Mungkin coban-cobaan itu justru menjadi salah satu hal yang membuat dia tetap beristiqomah sampai sekarang.

Dari cerita itu sebenarnya aku mulai sadar bahwa salah satu hal yang membuat diriku ini agar tetap istiqomah walaupun iman sedang down adalah dengan selalu mengingat Allah. Kalau diingat kembali sebenarnya Allah sudah begitu baik ya dengan kita. Sampai sekarang pun Allah masih memberikan kita kesempatan untuk dapat bernafas, bisa melihat alam semesta ini, bisa berjalan, dan masih banyak lagi, walaupun mungkin disaat yang sama ada saudara kita di luar sana yang belum seberuntung kita (serius amat ya fah, he he). Jadi, sebagai hamba yang tak lepas akan dosa (diriku ini maksudnya) harus sepatutnya selalu bersyukur kepada-Nya dengan memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik, ke jalan yang lebih benar.

Semoga Allah memberikan kemudahan kepada setiap langkah kita untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi, untuk menuju ke jalan kebenaran. Aamiin.

Akhir kata, terima kasih aku ucapkan buat kalian yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisanku ini. Maaf jika banyak salah kata dalam tulisan ini. Terima kasih. :) 


~Tegurlah Aku Jika Aku Salah

Selasa, 16 Januari 2018

Don’t Judge People By Cover


Kali ini aku bakal bahas mengenai pandanganku tentang menutup aurat. Jujur aku adalah orang yang ngerasa telat bangettt buat dapet ilmu agama khusunya tentang kewajiban menutup aurat (Hueee malu banget rasanya). For your information aja nih, aku baru dapet ilmu yang teoritis banget tentang apa itu aurat, kewajiban menutup aurat, ketentuan jilbab, dan sebagainya itu pas SMA (sad banget ngga sih). Maklum dari SD nyampe sekarang kalau sekolah di negeri terus, jadinya ilmu agama yang aku dapetin ya ala kadarnya.

Awalnya nih aku cuma sebatas tau aja kalau jilbab itu buat nutupin aurat (padahal dulu pengetahuan tentang aurat ya masih minim pake banget, -_- ). Nah karena itu pula, pemikiranku dan pandanganku dulu juga masih amat sempit tentang orang yang pakai jilbab gede bangettt, pakai baju yang lebar terus pake cadar, dulu mikirnya “ih itu aliran apa?” (Kayaknya sih masih banyak juga orang-orang yang berpandangan kayak gini, khususnya buat yang tinggal di desa yang pemikirannya masih belum terbuka). Dulu bahkan kalau liat atau papasan sama perempuan yang pake baju lebar, jilbab gede, dan bercadar juga malah takut (-_-).

Tapi karena udah semakin gede, semakin banyak ilmu agama yang didapat, dan semakin luas scope pergaulan dengan ciri khas setiap orang yang berbeda-beda, akhirnya rasa aware itu mulai muncul. Yaitu rasa aware akan pemikiran dan pendangan yang lebih terbuka, sekarang lebih berusaha buat berfikir terbuka dengan menerima realita yang ada (orang pake baju lebar, jilbab yang gede banget, pakai cadar). Ya kalau difikir-fikir, dilihat dari cara mereka pakai pakaian yang kayak gitu juga ngga salah kalau kita liat dari sumbernya (Al-Qur’an dan Hadis), tapi pada intinya setiap orang harus bisa memfilter diri dari ilmu agama yang didapat dari luar karena ngga bisa menampik di luar sana banyak aliran-aliran agama yang ngakunya sih islam, tapi justru nggak sesuai dengan Al-Quran dan Hadis.

So, sekarang balik lagi ke diri sendiri. Diriku ini aja yang udah tau ilmu tentang aurat dan segala macemnya apakah udah bisa ngejalaninnya dengan benar sesuai dengan agama?, enggak!!!. Udah tau ilmunya aja masih ngelanggar, dulu kalau pake baju masih yang tiga per empat, masih pake jeans (pakaian ketat udah pasti nggak dibolehin di agama), pakai kerudung aja masih belum bisa sempurna. Jadi, dari pada menggunjing atau merasa khawatir karena penampilan seseorang yang berbeda dengan kita padahal dia lebih benar sebenarnya dalam hal berpakaian, lebih baik kita memperbaiki kualitas diri dengan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

~ Tegurlah Aku Jika Aku Salah :) 


Amarah

28 September 2023 lepas satu hari setelah kejadian itu terjadi ... Ya, marah rasanya diri ini terhadap suatu keadaan yang dilakukan orang la...