Jumat, 18 Januari 2019

Pemilu Akbar 2019, Kubu Jokowi-Ma’ruf? atau Prabowo-Sandi?

Tahun 2018 berlalu, membuka lembaran baru dimana tahun ini akan diselenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden. Nah hal yang menarik dalam setiap pemilu yaitu kubu pendukung diantara kedua paslon tersebut. Ada yang dukung paslon 01 ataupun sebaliknya ada yang dukung paslon 02. Tentunya mereka memiliki kriteria tersendiri untuk paslon yang mereka dukung. Namun, hal lain yang juga menjadi sorotan yaitu adanya saling serang antar pendukung kubu baik melalui media sosial ataupun televisi. Mereka berdebat meyakinkan bahwa paslon mereka lah yang pantas untuk menjabat kursi nomor satu di Indonesia untuk periode lima tahun ke depan.
Hhmm .. perdebatan itu juga sangat aku rasakan misalnya saja di story whatssapp, seolah-olah kedua kubu tersebut saling berbalas atau beradu story. Pihak yang satu menganggap bahwa presiden Jokowi layak untuk menjabat kembali menjadi presiden karena berbagai prestasi yang telah beliau peroleh. Tapi, dilain sisi menganggap bahwa hasil kinerja pemerintahan Jokowi pada periode 2014 sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga mendukung adanya hashtag yang ramai diperbincangkan yaitu #2019GantiPresiden.
Sebagai pribadi yang tidak begitu mengeluh-eluhkan kedua paslon itu, merasa hanya bisa geleng-geleng kepala (hahahahahah, bukan berarti besok golput ya -,-). Kenapa geleng-geleng kepala? Karena di negara ini sudah menjamur begitu banyak orang yang begitu fanatik ataupun sebaliknya menjadi seorang haters. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Kenapa masih ada orang yang begitu senang atau mengidolakan seseorang secara berlebihan? Tapi, dilain sisi ada orang yang begitu benci dengan seseorang secara berlebihan? Apa kita tidak bisa mengidolakan sewajarnya dan membencinya secukupnya?. Walaupun menjadi pembenci itu tidak baik, tapi coba kita simak permisalan berikut.
Di era pemerintahan ini misalnya, berbagai prestasi telah ditorehkan dilain sisi masih terdapat permasalahan yang belum terselesaikan. Sebagai seorang yang “bijak”, seharusnya kita (entah kubu A atau B) harus gentle memuji dan mengakui jika pemerintahan saat ini telah menorehkan prestasi, bukan menutupinya dan tidak mau mengakui dengan menggembor-gemborkan berbagai isu permasalahan. Walaupun menggembor-gemborkan isu permasalahan itu tidak salah, tapi harus disandingi dengan solusi apa yang akan ditawarkan untuk pemerintah. Sebaliknya, jika ada permasalahan pada pemerintahan ini yang memang itu belum terselesaikan, kita (entah kubu A atau kubu B) sebagai individu harus mau untuk mengakui dan mengkritik pemerintah dengan memberi solusi bukan menutup-nutupi. Diharapkan dengan adanya sikap yang bijak ini, yang ada bukanlah saling olok-olok antar kubu, namun saling bahu-membahu membangun bangsa ini entah siapapun itu pemimpinnya.
So, bagi kalian yang dukung paslon 01 atau 02 silakan. Hanya bisa berpesan semoga menjadi kubu pendukung yang bijak, jika itu baik maka akui dan beri apresiasi. Jika itu buruk, maka kritisi dengan menawarkan solusi. Ingat, bukahkah yang berlebihan itu tidak baik? Hahaha sekian curhatan hati ini yang sering membaca, mendengar, dan mengamati orang-orang sekeliling yang begitu fanatik ataupun menjadi haters yang kedua tipe orang itu memuakkan emosi diri ini. Sekian, Terima Kasih J


~Tegurlah Aku Jika Aku Salah~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amarah

28 September 2023 lepas satu hari setelah kejadian itu terjadi ... Ya, marah rasanya diri ini terhadap suatu keadaan yang dilakukan orang la...